MEMAAFKAN, MENDOAKAN DAN BERI HADIAH KEPADA IA YANG MELUKAI
Oktober 07, 2020KITA KADANG GITU
MEMAAFKAN, MENDOAKAN DAN BERI HADIAH KEPADA IA YANG MELUKAI
Turunkan Kadar Kerentanan dan Ke-Ego-an Hatimu |
Suatu hari seorang Ayah memberikan sebuah papan persegi panjang ke pada putranya, sang putra memiliki seorang sahabat yang kerap sekali mereka bertengkar, masalahnya beragam terkadang beda pendapat, rebutan mainan, atau cekcok sepele yang tidak bisa terelakkan namun seperti pertengkaran di dalam persahabatan pada umumnya hanya bertahan 30 menit atau 1 jam kemudian mereka berbaikan lagi(kalau kata mamak penulis pertengkaran dalam persahabatan adalah bumbu-bumbunya yang tanpa itu tidak lengkap dan katanya pertengkaran biasanya akan membuat persahabatan semakin erat-hmmm apa iya?🙄).
Ayahnya berkata, ketika kau sedang kesal dengan sahabatmu atau kalian bertengkar tancapkanlah sebuah paku di atas papan itu dan setiap ketika kalian berbaikan cabutlah pakunya kembali. Esok harinya sang Putra telah menancapkan sebuah paku diatas papan, lusanya paku tersebut tidak dicabut malah memiliki teman begitu sampai 7 hari papan tersebut hampir penuh dengan paku yang menancap, lalu dengan bersungut-sungut sang Putra menemui Ayahnya, sang Ayah bertanya apa yang terjadi ia menjelaskan bahwa sahabatnya selalu membuat kesal dan sangat egois alhasil setiap hari hanya pertengkaran sehingga papan ini penuh dengan paku yang menancap. Ayahnya menasihati “turunkanlah kadar kerentanan hatimu sedikit saja begitu pula keegoisan dirimu begitu setiap harinya turunkan kadar itu sampai kau hampir tidak memilikinya, diantara kalian harus ada yang mengalah dan siap mencair lebih dulu”. Keesokan harinya sang Putra menerapkan ucapan ayahnya benar saja satu persatu paku yang menancap pun ia cabut dan suatu malam ia menemui Ayahnya dengan senyum sumringah sambil memamerkan papan yang sudah tidak ada lagi paku yang menancap diatasnya.
“kau berhasil,” ucap sangat Ayah “hmmm” ia menggangguk masih dengan senyum yang sama.
Ayahnya mengambil papan itu “paku itu memang sudah tidak menancap lagi, tapi lihatlah bekas yang ia tinggalkan di papan ini, membuat papan ini berlubang . Apakah kau bisa membuat papan ini seperti semula sebagaimana keadaannya dulu? Tidak tentu saja tidak. Begitulah terkadang saat kau bertengkar dengan sahabatmu perkataanmu, perilakumu, bahkan tatapan matamu mungkin saja melukai hatinya dan membuat luka disana, ia memang memaafkanmu dan kamu memaafkannya lalu kalian berbaikan jika tidak papan ini tidak mungkin hanya menyisakan lubang begini melainkan tentu masih ada paku yang menancap bukan?” Sang Ayah sembari mengelus lembut kepala putranya.
NB :
• Bukankah kita kerap begitu? Mudah menganggap salah perbuatan orang lain, mudah sakit dan kecewa dengan perilaku orang lain yang tidak sesuai dengan kriteria hati kita, mudah ambil pusing dengan sikap orang lain alhasil semua hanya membuat penyakit di hati dan sesak saja. Sebab kadar keegoan dan kerentanan hati kita begitu tinggi dan kita kerap tidak menerima perbedaan sikap dan keadaan dari orang lain. “Allah saja Sang Maha Pencipta Maha Pemaaf”.
Saya hanya ciptaannya. Benar, tapi pernahkah kamu membaca sirah Rasulullah? Bagaimana perjuangan hijrah Beliau? Bagaimana penduduk Makkah pada zaman Jahiliyyah menolak mentah-mentah dakwah beliau tidak puas dengan menolak mereka malah menyerang Beliau tidak hanya dari menyakiti hati Beliau namun juga menyakiti fisik Beliau, mencaci memaki sudah biasa dan kerap mereka lakukan bahkan melempar dengan batu, meludahi, dan juga melempar dengan kotoran bahkan mereka sengaja menaruh duri pada jalan yang kerap dilalui Rasullulah hanya untuk melihat Rasullulah terluka dan menyerah di jalan Tauhid . Jika Beliau menyerah maka tentu tiada cahaya yang akan memerangi kejahilan dan menjadi Rahmat bagi alam semesta. Namun, tidak Rasullulah tetap sabar dan berdoa kepada Allah. Agar membukakan hati dan memberi hidayah kepada mereka yang menyakitinya, keadaan itu jauh bahkan tidak layak disandingkan dengan semua keadaan kita yang kerap menutup hati dari memaafkan orang lain apalagi mendoakan kebaikan untuk mereka yang telah menyakiti alih alih demikian kita tak jarang mengkaji mengungkit hal baik yang telah kita bagi dengannya (betapa malunya diri ini-jika membaca Sirah dakwah Rasullulah laksana tertampar tampar hati ini dan memerah karena begitu malunya ). Yukkk lebih baik daan berusaha yang terbaik setiap harinya!
• Memaafkan kesalahan orang lain dan mendoakan kebaikan kepadanya adalah hal yang tentu harus kita terapkan dan harus kita miliki untuk menghindari hati dari sifat pendendam. Tapi pernahkah kamu membalas perilaku buruk dari orang yang menyakitimu dengan seperti memberikan ia hadiah atau memperlakukan ia dengan baik? Seperti pepatah “membalas keburukan dengan kebaikan-membalas lemparan batu dengan melempar roti” pernah? Jika iya, pertahankan ya dan terus lakukan.
Tapi sih biasanya, “boro-boro memberi hadiah, udah gua maafkan aja syukur tuh orang. Lah-lah ketika gua dilempar batu iya gua lempar pakai bunga sekalian pas bunganya” Astaghfirullah siapa itu, tidak ya tidak boleh yukk menjadi baik setiap harinya!
• Sebenarnya ketika kadar kerentanan hati dan keegoisan kita begitu menjulang kita tidak hanya mendzolimi hati manusia lain namun kita juga mendzolimi hati kita sendiri, membuat dan membiarkan diri kita sakit, ketika hati kita sakit tentu seluruh tubuh juga merasakannya kita tidak nyaman ketika bertemu dengannya bahkan hanya memikirkannya bisa membuat kita kesal dan kepala pusing. Berarti hal tersebut tidak hanya menyakiti pihak lain namun juga menyakiti diri sendiri, jelas ya tidak ada alasan untuk memelihara sikap seperti demikian. Dan tidak jemu kembali Hayuk menjadi baik dan berusaha hal terbaik setiap harinya-dan hari hari pun menjadi Hari Baik.
• Ilmu Masyaallah ini penulis temukan dari ukhuwah yang Allah tetapkan menjadi Rezeky untuk Penulis.
Masyaallah Tabarakallah Tesekur ederim 😘
0 komentar